Cinta Ilahi
Kerjaaan Wanasari merupakan daerah subur dengan penduduk yang
sejahtera, dalam kerajaaan tersebut dipimpin oleh seorang Ratu Sang ratu
bernama ratu Ranu Indah kencana biasa diapanggil Ratu Indah. Suaminya seorang
yang Alim bernama Adipati Kresna merupakan pangeran Kerajaan Purwojati.
Kehidupan masyarakatnya sangat makmur dengan mata pencaharian nelayan, mereka
sanggup memenuhi kebutuhan sehari-hari,
namun hanya intern saja. Suatu hari
kerjaan berduka atas meninggalnya sang Raja Kresna dikarenakan sakit yang
dideritanya kurang lebih dua tahun. Ratu
sangat sedih atas kepergiannya.
“Wahai Kakanda, mengapa kau
pergi secepat ini, anakmu masih sangat kecil untuk menjadi yatim” sambil
meneteskan air mata.
Saat itu Dewi Ayu Kresna
putri semata wayangnya masih berumur lima tahun, berbeda dengan anak-anak lain
yang seumur dengannya yang belum paham atas kejadian sperti ini. Dewi Ayu
Kresna duduk disamping sang Ratu dengan air mata yang menetes namun ditutupinya
bulu matanya.
“Ibunda, janganlah bersedih, semua pasti akan kemabli kepadanNya, begitupula
Dewi nanti, ikhlaskan Ayahanda bunda, Ibunda Ratu harus kuat, karena masih ada
Dewi disini. Biarkan ayahanda pergi dengan tenang”.
Dengan kepandainnya Dewi
Kresna menghibur hati sang Ratu dengan wajah cantik dan polos situ.
Begitulah Dewi Kresna yang sifatnya persis seperti Sang Ratu yang bijaksana.
Tibalah acara pemakaman sang Raja, semua rakyat ikut menghadiri
acara pemakamannya di dekat pantai
tempat ia mengaji ketika muda. Orang-orang terlihat iba kepada Ratu, terlebih
ketika melihat Dewi Kresna yang masih kecil itu. Malam pun tiba, sang Ratu duduk disebuah ruang yang
biasanya digunakan antara mereka bertiga untuk canda tawa, dengan tangisan kesedihannya
mengingat kenangan bersama Sang Raja. Dewi Kresna mengahampirinya.
“Bunda kenapa masih saja menangis, ayo bunda tersenyum ihlaskan
ayah bunda!”.
“Putri, bunda sudah
menghilaskan kepergian ayahanda, bunda
hanya bersyukur atas apa yang telah terjadi selama ini, yang mana
kenangan dengan ayahanda tidak pernah terlupa, mengenai mimpi-mimpi sewaktu
kita belum menikah, dan sampai akhirnya
kematian yang memisahkan kita”
“Memang apa bunda?, ceritakan bunda, agar dewi bisa mengambil
pelajaran atas kenangan-kenangan itu bunda”.
“Ayahanda telah membuktikan janjinya bahwa cintanya bagi bunda
sejati, tidak akan luntur hanya kematian yang memisahkan” . sambil menangis
tersedu-sedu bunda meneruskan ceritanya.
Kejadian itu terjadi sekitar 8 tahun yang lalu Ratu Indah kencana
adalah sesosok gadis yang cantik, anggun, pandai, dan taat beragama dengan
ahlaknya sehingga semua orang pun mencintainya baik dari anak-anak sampai orang
tua. Dia menghabiskan masa mudanya untuk belajar mengenai alam dan pengabdian
terhadap masayrakat, karena dia adalah seorang Putri dari Kerjaan Wanasari
satu-satunya putri dari ayah dan
ibundanya. Menginjak usia 20 tahun ketika itu dia pergi ke laut seperti
biasanya melihat keindahan alam, dari sinilah pertemuan antara Adipati Kresna
yang mana ia sedang menyiarkan agama islam. Akhirnya sang Ratu belajar
dengannya, setahun bersamnya membuat keduanya jatuh cinta. Adipati Kresna
mengungkapkan keinganannya untuk meminangnya, sang Ratu juga mencintainya, lalu
Adipati melamarnya dan diterima sekita itu.
Seminggu setelahnya sang Ratu yang masih berumur 21 tahun jatuh
sakit, padahal seminggu lagi akan diadakan pesta pernikahan keduanya, namun
karena kejadian ini ditunda. Ratu tidak sadarkan diri hampir 5 hari lamanya. Dengan kesedihan
yang mendalam sang Ayah Ratu mendekatinya bersama ibunda sambil berdoa untuk kesembuhannya.
Tiba-tiba Ratu Indah, sadar dia ingin agar sang raja jangan pergi ntuk selalu
bersamanya karena sang Ratu tak mau jauh. Mereka sadar dengan status mereka
yang belum sah. Akhirnya dari Adipati Kresna ingin untuk segera menikahinya sekarang
juga dengan alasan agar ia bisa selalu menjaganya tanpa adanya dinding
pembatas, tetapi sang ratu menolaknya
karena ia takut ia tidak bisa menjalankan kewajiban sebagai seorang istri. Keadaanya
Tiba-tiba Ratu Indah kejang-kejang sakitnya tambah parah dari sinilah akhirnya
terjadi pernikahan tanpa persetujuan dari
sang Ratu. Pihak kedua orang tua lah yang menyetujui dengan alasan
sebelum detik-detik kematiannya ia telah menyempurnakan agamanya dengan
menikah.
Keajaiban datang Ratu sadar, dan sekitka ia menjerit memanggil nama
Kresna segera menikahinya, sambil mendakatnya Kresna
menjelaskan bahwa keduanya telah sah menjadi sepasang suami-istri. Ratu
bahagia, ia berjanji akan sembuh dari penyakitnya karena ia ingin mngabdikan
dirinya walaupun hanya sehari untuk menjadi seorang istri. Jika tuhan menginginkan
agar Ratu Kresna bisa mendapatkan seorang
anak yang kelak dapat menggantikan sebagai
pengingat cinta mereka.
Kehidupan sehari-hari
dijalani dengan bahagia. Sang Ratu telah sah menjadi istri dan keduanya telah melaksanakan
tugas masing- masing. Setahun Ratu hamil membawa kabar gembira seamua kerajaan.
Tetapi kerajaan kembali berduka atas meninggalnya kedua Ayah Ratu Indah karena
sakit, dan seminggu kemudian ibundanya Ratu menyusul. Setelah itu, kerjaaan berada dibwah kempemimpinan
Adipati Kresna, sang Ratu hamil dalam keadaan sedih, tapi karena ke-shalehan
keduanya. Kresna menguatkan Ratu untuk bangkit dari kesedihan dengan merawat
kandungnnya dengan nilai- nilai agama agar kelak mjd anak yg soleh/solehah. Setiap hari sang Ratu melakukan
rutinitas dengan doa-doa untuk janin yang dkandungnya. Sesampainya hingga sembilan
bulan lahirlah Dewi Ayu Kencana. Atas rasa
syukurnya ia menyerahkan takhtanya kepada sang istri karena ia lebih pantas
mendudukinya.
Lima tahun sudah mereka menjalani kehidupan rumah tangga dengan
mempimpin kerajaan, se-usia Dewi. Kebahagian muncul ketika sang Dewi telah selesai
menghatamkan hafalan Quran-Nya 30 jus, ini
merupakan impian mereka ketika sebelum menikah.
“ Adinda, sang Dewi telah menjadi anak yang kita impikan, kini ia
telah hafal Quran”
Sambil menangis ”Iya kakakanda, ini semua berkat rahmat Allah yang
mengabulkan doa kita”.
Tak lama kemudian Ratu pergi kedekat jendela sambil melihat ombak.
“Wahai Rabbi, kini tugas
kami telah kau ridhoi, ciat-cita kami telah selseai, aku sudah bahagia, maka aku
ridho sesuai janji ketika Raja menikah denganku, untuk manjaga cinta dengan
mendidik anak kami yang dapat menghafal KalamMu, setelah itu aku ihlas sesuai penangguhan atas umur yang
Engkau berikan”.
Raja faham apa yg dikatakan sang Ratu, ia menangis, ia berdoa dalam
hati
”Rabbi, izinkan saya mengantikan istriku , karena dia lebih baik
tinggal tuk mendidik buah cinta kami
hingga besar,dan kerajaa dibawah
tangganya. Aku bahagia karena aku bisa menjaga cinta ini”.
Tiga hari setelahnya, benar sang Raja jatuh sakit. Ia sakit sebagaimana
ketika istrinya sakit dahulu. Dalam detik-detik terakhirnya ia berkata “Wahai
adinda aku bhgia bersamamu, aku bersyukur tuhan mengabulkan doa kita. Masih memberikan
kesempatan kepada kita tuk merasakan
cintaNya, kini telah saatnya, namun aku yang harus pergi, maafkan aku yang harus
mendahuluimu, jagalah Dewi, didiklah dia, jadikanlah ratu yang bijak, tetap ulurkan
kerudungmu jangan kau lepas, Tuhan mahaindah yang telah menciptakan cinta kepada
kita, jika kau rindukunku, maka lihatlah Dewi, karena dia sebagai penggantiku, tertawalah dengan selalu mendoakanku, karena nanti
disana aku akan selalu melihat kalian, meskipun kau tak melihatku, temanilah
aku dengan bacaan surah Al-Quran Dewi,
maafkan aku yang harus mendahuluimu”
Sang raja mengucapkan kalimat
dua sahadat kemudian meninggal.sekita sang Ratu menangis bersedu-sedu,
mengingat kejadian yang pernah menimpanya, kini sang suami tercinta yang
meninggalkanya dahulu, dipeluknya sang Dewi dengan cinta.
Setahun kepergian raja, Dewi bersama ibundanya setiap minggu pergi kemakam dekat pantai, sekaligus melihat
keindahan laut yang mana sebagai tempat dulu
raja dan ratu bertemu, belajar bersama,, menikmati kes-esaan tuhan, lantunan ayat Quran dibacaanya beiringan angin pantai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar