Senin, 05 Juni 2017

Cerpen "Cinta Ilahi'



Cinta Ilahi
Kerjaaan Wanasari merupakan daerah subur dengan penduduk yang sejahtera, dalam kerajaaan tersebut dipimpin oleh seorang Ratu Sang ratu bernama ratu Ranu Indah kencana biasa diapanggil Ratu Indah. Suaminya seorang yang Alim bernama Adipati Kresna merupakan pangeran Kerajaan Purwojati. Kehidupan masyarakatnya sangat makmur dengan mata pencaharian nelayan, mereka sanggup memenuhi  kebutuhan sehari-hari, namun hanya intern saja.  Suatu hari kerjaan berduka atas meninggalnya sang Raja Kresna dikarenakan sakit yang dideritanya kurang lebih  dua tahun. Ratu sangat sedih atas kepergiannya.
“Wahai  Kakanda, mengapa kau pergi secepat ini, anakmu masih sangat kecil untuk menjadi yatim” sambil meneteskan air mata.
 Saat itu Dewi Ayu Kresna putri semata wayangnya masih berumur lima tahun, berbeda dengan anak-anak lain yang seumur dengannya yang belum paham atas kejadian sperti ini. Dewi Ayu Kresna duduk disamping sang Ratu dengan air mata yang menetes namun ditutupinya bulu matanya.
“Ibunda, janganlah bersedih, semua pasti akan kemabli kepadanNya, begitupula Dewi nanti, ikhlaskan Ayahanda bunda, Ibunda Ratu harus kuat, karena masih ada Dewi disini. Biarkan ayahanda pergi dengan tenang”.
Dengan kepandainnya Dewi  Kresna menghibur hati sang Ratu dengan wajah cantik dan polos situ. Begitulah Dewi Kresna yang sifatnya persis seperti Sang Ratu yang bijaksana.
Tibalah acara pemakaman sang Raja, semua rakyat ikut menghadiri acara pemakamannya di dekat  pantai tempat ia mengaji ketika muda. Orang-orang terlihat iba kepada Ratu, terlebih ketika melihat Dewi Kresna yang masih kecil itu. Malam pun   tiba, sang Ratu duduk disebuah ruang yang biasanya digunakan antara mereka bertiga untuk canda tawa, dengan tangisan kesedihannya mengingat kenangan bersama Sang Raja. Dewi Kresna mengahampirinya.
“Bunda kenapa masih saja menangis, ayo bunda tersenyum ihlaskan ayah bunda!”.
“Putri,  bunda sudah menghilaskan kepergian ayahanda, bunda  hanya bersyukur atas apa yang telah terjadi selama ini, yang mana kenangan dengan ayahanda tidak pernah terlupa, mengenai mimpi-mimpi sewaktu kita belum  menikah, dan sampai akhirnya kematian yang memisahkan kita”
“Memang apa bunda?, ceritakan bunda, agar dewi bisa mengambil pelajaran atas kenangan-kenangan itu bunda”.
“Ayahanda telah membuktikan janjinya bahwa cintanya bagi bunda sejati, tidak akan luntur hanya kematian yang memisahkan” . sambil menangis tersedu-sedu bunda meneruskan ceritanya.

Kejadian itu terjadi sekitar 8 tahun yang lalu Ratu Indah kencana adalah sesosok gadis yang cantik, anggun, pandai, dan taat beragama dengan ahlaknya sehingga semua orang pun mencintainya baik dari anak-anak sampai orang tua. Dia menghabiskan masa mudanya untuk belajar mengenai alam dan pengabdian terhadap masayrakat, karena dia adalah seorang Putri dari Kerjaan Wanasari satu-satunya  putri dari ayah dan ibundanya. Menginjak usia 20 tahun ketika itu dia pergi ke laut seperti biasanya melihat keindahan alam, dari sinilah pertemuan antara Adipati Kresna yang mana ia sedang menyiarkan agama islam. Akhirnya sang Ratu belajar dengannya, setahun bersamnya membuat keduanya jatuh cinta. Adipati Kresna mengungkapkan keinganannya untuk meminangnya, sang Ratu juga mencintainya, lalu Adipati melamarnya dan diterima sekita itu.
Seminggu setelahnya sang Ratu yang masih berumur 21 tahun jatuh sakit, padahal seminggu lagi akan diadakan pesta pernikahan keduanya, namun karena kejadian ini ditunda. Ratu tidak sadarkan  diri hampir 5 hari lamanya. Dengan kesedihan yang mendalam sang Ayah Ratu mendekatinya bersama ibunda sambil berdoa untuk kesembuhannya. Tiba-tiba Ratu Indah, sadar dia ingin agar sang raja jangan pergi ntuk selalu bersamanya karena sang Ratu tak mau jauh. Mereka sadar dengan status mereka yang belum sah. Akhirnya dari Adipati Kresna ingin untuk segera menikahinya sekarang juga dengan alasan agar ia bisa selalu menjaganya tanpa adanya dinding pembatas, tetapi  sang ratu menolaknya karena ia takut ia tidak bisa menjalankan kewajiban sebagai seorang istri. Keadaanya Tiba-tiba Ratu Indah kejang-kejang sakitnya tambah parah dari sinilah akhirnya terjadi pernikahan tanpa persetujuan dari  sang Ratu. Pihak kedua orang tua lah yang menyetujui dengan alasan sebelum detik-detik kematiannya ia telah menyempurnakan agamanya dengan menikah.
Keajaiban datang Ratu sadar, dan sekitka ia menjerit memanggil nama Kresna segera menikahinya, sambil  mendakatnya  Kresna  menjelaskan bahwa keduanya telah sah menjadi sepasang suami-istri. Ratu bahagia, ia berjanji akan sembuh dari penyakitnya karena ia ingin mngabdikan dirinya walaupun hanya sehari untuk menjadi seorang istri. Jika tuhan menginginkan agar  Ratu Kresna bisa mendapatkan seorang anak yang kelak  dapat menggantikan sebagai pengingat cinta mereka.
 Kehidupan sehari-hari dijalani dengan bahagia. Sang Ratu telah sah menjadi istri dan keduanya telah melaksanakan tugas masing- masing. Setahun Ratu hamil membawa kabar gembira seamua kerajaan. Tetapi kerajaan kembali berduka atas meninggalnya kedua Ayah Ratu Indah karena sakit, dan seminggu kemudian ibundanya Ratu menyusul. Setelah  itu, kerjaaan berada dibwah kempemimpinan Adipati Kresna, sang Ratu hamil dalam keadaan sedih, tapi karena ke-shalehan keduanya. Kresna menguatkan Ratu untuk bangkit dari kesedihan dengan merawat kandungnnya dengan nilai- nilai agama agar kelak mjd anak yg  soleh/solehah. Setiap hari sang Ratu melakukan rutinitas dengan doa-doa untuk janin yang dkandungnya. Sesampainya hingga sembilan bulan lahirlah Dewi Ayu Kencana.  Atas rasa syukurnya ia menyerahkan takhtanya kepada sang istri karena ia lebih pantas mendudukinya.
Lima tahun sudah mereka menjalani kehidupan rumah tangga dengan mempimpin kerajaan, se-usia Dewi. Kebahagian  muncul ketika sang Dewi telah selesai menghatamkan hafalan Quran-Nya 30 jus, ini  merupakan impian mereka ketika sebelum menikah.
“ Adinda, sang Dewi telah menjadi anak yang kita impikan, kini ia telah hafal Quran”
Sambil menangis ”Iya kakakanda, ini semua berkat rahmat Allah yang mengabulkan doa kita”.
Tak lama kemudian Ratu pergi kedekat jendela sambil melihat ombak.
 “Wahai Rabbi, kini tugas kami telah kau ridhoi, ciat-cita kami telah selseai, aku sudah bahagia, maka aku ridho sesuai janji ketika Raja menikah denganku, untuk manjaga cinta dengan mendidik anak kami yang dapat menghafal KalamMu, setelah itu  aku ihlas sesuai penangguhan atas umur yang Engkau berikan”.
Raja faham apa yg dikatakan sang Ratu, ia menangis, ia berdoa dalam hati
”Rabbi, izinkan saya mengantikan istriku , karena dia lebih baik tinggal tuk mendidik buah  cinta kami hingga  besar,dan kerajaa dibawah tangganya. Aku bahagia karena aku bisa menjaga cinta ini”.
Tiga hari setelahnya, benar sang Raja jatuh sakit. Ia sakit sebagaimana ketika istrinya sakit dahulu. Dalam detik-detik terakhirnya ia berkata “Wahai adinda aku bhgia bersamamu, aku bersyukur tuhan mengabulkan doa kita. Masih memberikan kesempatan  kepada kita tuk merasakan cintaNya, kini telah saatnya, namun aku yang harus pergi, maafkan aku yang harus mendahuluimu, jagalah Dewi, didiklah dia, jadikanlah ratu yang bijak, tetap ulurkan kerudungmu jangan kau lepas, Tuhan mahaindah yang telah menciptakan cinta kepada kita, jika kau rindukunku, maka lihatlah Dewi, karena dia sebagai penggantiku,  tertawalah dengan selalu mendoakanku, karena nanti disana aku akan selalu melihat kalian, meskipun kau tak melihatku, temanilah aku dengan bacaan surah Al-Quran Dewi,  maafkan aku yang harus mendahuluimu”
Sang raja mengucapkan kalimat  dua sahadat kemudian meninggal.sekita sang Ratu menangis bersedu-sedu, mengingat kejadian yang pernah menimpanya, kini sang suami tercinta yang meninggalkanya dahulu, dipeluknya sang Dewi dengan cinta.
Setahun kepergian raja, Dewi bersama ibundanya setiap minggu  pergi kemakam dekat pantai, sekaligus melihat keindahan laut yang mana sebagai tempat dulu  raja dan ratu bertemu, belajar bersama,, menikmati kes-esaan tuhan,  lantunan ayat Quran  dibacaanya beiringan angin pantai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar