SEJARAH PERADABAN ISLAM
KEKHALIFAHAN UMAYAH DI CORDOVA
Disusun guna memenuhi tugas Ulangan Akhir Semester
Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Dosen pengampu: Dr. H. Nasihul Umam, M.Ag
Oleh :
Nama : Evi Yatul Liyana
Kelas : Tafsir &
Hadist C
NIM : 1604026051
FAKULTAS USHULUDDIN DAN
HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2016/2017
KEKHALIFAHAN UMAYAH di CORDOVA
A.
Kekhalifahan Umayah di Cordova
Abdurrahman I atau ‘Abd al-Rahman I, yang juga disebut Ad-Dakhil telah
menunjukkan kekuatannya mengatasi kesulitan dan ancaman-ancaman dalam
kehidupannya. Pada tahun 750 Daulah Umayyah dengan pusat
Damaskus tumbang dengan kematian
Mirwan II dan
terbentuk Daulah Abbasiyyah
dengan pusat Baghdad.
Pemimpin wilayah Andalusia
mengakui kekuasaan Abbasiyyah pada waktu
itu. Kebanyakan anggota keluarga Umayyah pada waktu itu dibunuh, kecuali Abdurrahman, cucu dari Khalifah Hisyam, yang Melalui Mesir,
Barca (Libya) dia sampai di
Afrika Utara di
mana kehidupannya diancam
oleh Ibn Habib. Akhirnya dia
diterima dengan baik
oleh suku-suku Berber, karena
ibunya, Raha, berasal dari
sana dan Abdurrahman tinggal
bersama mereka kira-kira enam tahun.
Dalam
tahun 755 Baddar menghubungi di Spanyol tokoh-tokoh Yemenites, yang pada
waktu itu bersaingan ketat dengan
Mudarites untuk menguasai Spanyol. Waktu
tokoh-tokoh itu mendengar, bahwa
seorang pangeran (amir)
Daulah Umayyah masih
hidup di Afrika Utara, mereka mengundangnya untuk menolong mereka dalam
perang melawan Mudarites. Abdurrahman menyeberangi selat Jabal-Tharik
dan memasuki kota Algeciras, Spanyol, dalam bulan September
755. Pada tahun 756
Abdurrahman diangkat sebagai Amir
di suatu Musholla di Archidona,
ibu kota distrik Malaga, tetapi pemimpin-pemimpin lain di Spanyol.
Sesudah
berakhirnya pemerintahan Abd al-Rahman I, persaingan ketat antara suku-suku
Arab, suku-Berber, orang-orang
yang baru bertobat
menjadi Muslim, Mozarab dan orang Yahudi
muncul lagi sehingga
kesatuan al-Andalus diancam
dan digoyangkan dari
dalam sebelum pemerintahan‘Abd al-Rahman III. Ketika ‘Abd al-Rahman III
menggantikan cucunya, Abdullah pada tahun 912 M,ia baru berusia 23 tahun.
Abdullah telah mengahsut salah seorang
putranya agar membunuh putranya yang
lain, Muhammad,ayah ‘Abd al-Rahman, karena kesetiannya diragukan. Kemudian
Abdullah berkerjasama untuk membunuh putranya yang lain sehingga ia dapat hidup
tanpa anak. Pada saat ‘Abd al-Rahman III naiktahta, Negara muslim yang luas itu
sebelumnya dipimpin oleh orang yang menyandang nama depan serupa degan namanya
wilayahnya telah berkurang banyak, yang tersisa hanya kota Cordova dan
sekitarnya.
Pada
waktu itu al-Andalus juga diancam dari luar di Selatan oleh Daulah Fathimiyyah,
yang menguasai Afrika Utara, Sicilia dan di Utara oleh kerajaan-kerajaan Kristen
terutama Leon. Dalam dua tahun pertama pemerintahannya ‘Abd
al-Rahman III berhasil mengurangi
pengaruh Ibn Hafsun di
dalam negeri, dengan
menaklukkan atau beraliansi
dengan pemimpin-pemimpin di
kebanyakan propinsi. Ibn Hafsun
meninggal dunia pada tahun 917 dan
dengan demikian seorang musuh
besar sudah tiada.
Empat anaknya masih
mencoba melawan ‘Abd al-Rahman
III, tetapi dengan
penaklukkan Istana Bobastro
dalam tahun 928
persatuan al-Andalus hampir
tidak terancam lagi
dan sebagai kota
terakhir Toledo juga menyerah
pada tahun 932. Secara
itu seluruh negara
ditenteramkan oleh kekuasaan
seorang penguasa dermawan.
Meski
demikian,amir muda itu berhasil membuktikan diri sebagai pahlawan pada zamanya.
Ia memiliki keteguhan hati, keberanian
dan kejujuran yang menjadi watak semua pemimpin di segala zaman. ‘Abd
al-Rahman III merebut kembali provinsi-provinsi yang hilang, satu demi satu.
Dengan kekuatannya yang khas,yang diperlihatkan selama periode kekuasaanya yang
panjang, sekitar setengah abad (912-961 M), ia memperluas taklukannya ke berbagai penjuru. Ekiya merupakan kota
yang pertama kali menyerah pada akhir 912
serta kota Elvira juga menyerah.
Jaen
tidak member perlawanan. Arkiodona
setuju membayar upeti. Seville membuka gerbang-gerbangnya menjelang akhir
913. Regio dengan benteng pengunungannya telah melindungi sejumlah pemberani
pengikut Ibn Hafshun, adapun pemimpin mereka yang mengagumkan itu selalu menentang di Bobastro, dan yang
tak terkalahakan hingga kematianya pada 917 M. dengan kematiannya musnahlah
perseteruan tangguh yang selama 37 tahun member pengalaman sengit. Hanya kota
Toledo yang tidak bisa ditundukkan oleh‘Abd al-Rahman III. Tetapi pada 923 M,
bekas ibu kota itu kalah karena kelaparan dan serangan bertubi-tubi. Akhirnya,
seluruh penduduk dikawasan itu berhasil merasakan ktentraman, dan Negara
kembali bersatu di bawah pemerintahan seorang penguasaa absolut dermawan.
Di
masa itu, musuh-musuh ekternal mengancam kekuasaan sang amir. Musuh yang
paling berbahaya adalah Dinasti Fatimiyah di selatan, dan raja-raja Leon
Kristen di utara. ’Ubaydullah al-Mahdi pendiri Dinasti Fatimiyah di Tunisia pada 909 M, telah
berunding menggaang sebuah persekutuan
dengan Ibn Hafsun dan mengirimkan beberapa orang mata-mata ke kawasan
selat. Karena mengklaim sebgai keturunan fatimiyah, putrid Rasulullah sekaligus
istri Ali. Para khalifah Fatimiyah tidak akan mengakui otoritas lain dalam
Islam selain otoritas mereka sendiri. Ibn Masarrah (833-931), seorang warga
Cordova seorang filusuf yang terpengaruh oleh filasfat Empedocle, dan yang
mengenalkan ke pembaca barat pemikiran esotris, dengan ungkapan-ungkapan yang
bermakna batin dan misterius yang hanya
bisa diapahami oelh penggunaanya, mungkin pernah ditugaskan untuk
mendirikan Partai Fatimiyah di
Spanyol lewat kelompok-kelompokmistik
yang ia pimpin.
Menyadari
posisi di Spanyol tidak lagi aman karena
banyaknya musuh di Afrika, ‘Abd al-Rahman III kedaukatannya diakui di Maroko
pada awal 917 atau 918 berhasil mengusai
Ceutra pada 931, dan akhirnya
memperoleh pengakuan dari sebagaian besar penduduk Barbaria. Dengan Almeria sebagai
pelabuhan utama, dia menyelut pertikaian dengan angakatan laut luar fatimiyah intik memperdrebutkan supermasi dan kawasan Mediterinia barat. Pada
tahun 956 sebuah armada Spanyol berkuatan tuhuh puluh kapal mengahancurkan bagian-bagian pesisir Afrika
dengan tujuan membalas dendam atas penyerbuan ke kawasan pesisir Spanyol oeleh
armada Silsilia yang berada di bawah kendali khalifah fatimiyah.
Tatkala
bebrbagai operasi melawan musuh-musuh domestik
dan asing berjalan ‘Abd al-Rahman III ibunya
adalah seoarang budak merupakan sekarang Kristen yang mana meskipun demikian
ibunya tidak telibat dalam perang suci
melawan kaum Kristen di utara sampai
saat itu belum pernah ditaklukan.
Dikawasan itu, dataran Basques membentuk
di tengah, berbatasan dengan Pyreness. Disebelah timur ada beberapa
kerajaan yang masih berupa embrio. Pada yakni Navarre dan Aragon. Di barat
terbentang sejumlah kaswan yang
berekembang menjadi acastile dan Leon. Pada awal tahun 914, raja
Leon yang pemberani. Ordono II
memanfaatkan situasi runyam yang sedang
dihadapi kerajaaan muslim, dan memulai
peperangan dengan menghancurkan kerajaan muslim, dan memulia peprangan
dengan mengahcurkan wilayah
selatan. Tiga tahun kemudian ia berhasil
menangkap sesorang jenderal ‘Abd al-Rahman III dan memaku kepalanya
berdampingan dengan seekor babi hutan, pada salah satu dinding benteng
perbatasan San Esteban de Gormaz, yang diserbu oleh jenderlah muslim. Setelah
beberapa kali serbuan dilakukam bertutut-turut kepada musuh dari utara ini.
Tahun 920 ‘Abd al-Rahman III turun langsung ke medan pertempuran, meruntuhkan
San Esteban dan mengancurkan sejeumlah
benteng lainnya ditanah sengeketa antara
Kristen dan Islam. Di Val de junqueras (
lembah alang-alang). ‘Abd al-Rahman III berhadapan dengan pasukan gabungan
Ordono II dan Sanco yang agung dari Navarre, dan berhasil mengalahkan
keduanya dengan telak. Setelah
menyerbu daerah-daerah di Navarre, juga sejeumlah daerah kristendi
sekitarnya. ‘Abd al-Rahman III pulang ke ibu kotanya sebagai pemenang perang. Empat tahun kemudian, ia
merangsek lebih jauh ke utara hingga mencapai
Pampeluna.
B.
Lembaga-lembaga Pemerintahan
Secara teoretis, Amir atau Khalifah
sebenarnya bertanggung jawab
untuk semua hal. Secara
praktis, ia mengambil
tanggung jawab untuk
urusan dalam dan
luar negeri dan ia
mengambil keputusan tentang
hidup atau hukuman
mati. Langsung di
bawah Khalifah terdapat hajib,
seorang pengurus rumah tangga, yang sebenarnya berfungsi sebagai semacam
perdana menteri. Lain dengan negara-negara Islam di Timur Tengah, baru di bawah
hajib ada beberapa wazir, semacam
menteri koordinator dengan
sekretariat masing-masing.
Pemerintahan yang
mirip dengan itu,
tetapi dalam skala
lebih kecil, ditiru
dalam setiap propinsi (21
atau lebih), terkecuali dalam tiga propinsi batas. Kepala setiap propinsi adalah seorang gubernur
atau wali. Kelompok-kelompok bukan
Islam diberi kedaulatan
terbatas. Dalam setiap propinsi
mereka dibagi-bagi dalam
beberapa komunitas. Setiap
komunitas mempunyai seorang kepala
yang bertanggung jawab
untuk mengumpulkan pajak. Mereka juga mempunyai hakim-hakim
tersendiri. Karena itu, hak
setiap kelompok dijamin. Untuk menjaga tata
tertib dan keamanan
negara, ‘Abd al-Rahman III mempunyai
tentara yang kuat. Tentara itu terdiri atas tiga golongan.
Pertama, prajurit-prajurit upahan, semula adalah budak-budak yang
berasal dari Prancis
dan negara-negara Slavi,
ditambah dengan orang-orang Berber dari Afrika Utara dan juga
orang Negro. Kedua, cukup banyak warganegara dikenakannkewajiban dinas militer.
Sebagian prajurit-prajurit itu diberi sesudah waktu dinas militer tanah
pinjaman, dan sebagian berasal dari
warga-warga kota. Ketiga, sukarelawan
yang dipanggil untuk mengikuti jihad, terutama pada waktu , ‘Abd al-Rahman III merencanakan
untuk berperandengan kerajaan-kerajaan Kristen.
Dapat disimpulkan, bahwa
seluruh masyarakat diatur dengan baik.
C.
Puncak Peradaban Keadaan Politik, Ekonomi, dan Pendidikan
Pemerintahan ‘Abd al-Rahman III dan
penerusnya, al-Hakam II (961-976), kemudian dilanjutkan oleh masa kediktoranya
al-Hajib, al-Mansur (977-1002). Menandai puncak
kejayaan muslim di barat, sebelum dan sesudah peroiede ini,
Spanyol muslim tidak pernah mampu menggenggam
pengaruh politik sedemikian rupa baik di Eropa maupun Afrika.
Selama
periode ini, ibukota Umayah menjadi kota
paling berbudaya di Eroap dan. Bersama Konstantinoel dan Baghdad,
menjadi satu dari tiga pusat kebudayaan dunia. Dengan 130.000 toko buku, 21
kota pinggiran, 73 perpustakkaan dan sejumlah
besar toko buku,, masjid dan
istana, ibukota Umayah memperoleh popularitas
internasioanal serta membangkitkan pesona dan kekaguman di hati para
pelancong. Kota yang memiliki bermil-mil
jalan rata yang disinari
lampu-lampu dari rumah-rumah
dipinggirnya.padahal tujuh abad setelah periode ini, kota London hanya
memiliki satu lampu umum.
1.
Keberhasilan
‘Abd al-Rahman III
Masa-masa
kekuasaan ‘Abd al-Rahman III yang cukup panjang sarat dengan beberapa prestasi , diantaranya pembarauan
dan inovasi dalam bidang administrasi,
yang membujtikan kecakapan dan
kecerdikannya. Diantara bukti-bukti keberhasilannya adalah pernyataan pada hari jumat, 16 januari
929, bahwa dalam setiap salat jamaah, dan dalam dokumen-dokumen resmi, nama
raja yang berkuasa mesti disebut sebgai khalifah. ‘Abd al-Rahman III memilih
sendiri gelarnya yaitu al-Khalifah al-Nashr li Din Allah ( khalifah
penolong agama Allah). Karena ia telah membawa Spanyol musim ke kedudukam lebih
tinggi daripa yang pernah dinikmati
sebelumnya, maka dialah yang paling cocok menyandang gelar amir almu’minun,
terutama dimata kalangan bawah yang
tidak lagi mempercayai kekhalifahan timur. Sebagai pembela agama, Khalifah
al-Nashir merasa bahwa tugasnya yang tinggi adalah mengobarkan perang suci
melawan orang Kristen, yang tak henti-hentinya mmeprlihatkan rasa iri dan
mengincar wilayah leluhur mereka di
selatan.
Garis
besar hasil pemerintahan Khalifah‘Abd al-Rahman III. Masa pemerintahan ‘Abd
al-Rahman III dilukiskan sebagai masa yang teramat gemilang di dalam sejarah
Arab-Spanyol. Di antara
pangeran-pangeran Umayyah di
Spanyol, Abdurrahman tanpa tertandingi menempati posisi paling atas.
Prestasi yang dicapainya begitu luar biasa. Ia mewarisi kerajaan dalam keadaan
kacau balau dan perang saudara, terpecah
antara kelompok-kelompok dengan
para pemuka yang
berbeda ras. Ia dihadapkan kepada serbuan-serbuan yang terus menerus dari pihak Kristen di sebelah Utara, dan
nyaris diganyang oleh
kerajaan Leon dan Daulah
Fathimiyyah. Walaupun 12 menghadapi
rintangan-rintangan yang begitu besar, namun ia berhasil menyelamatkan Andalusia baik dari
dalam maupun dari luar. Ia menciptakan kemakmuran
dan ketentraman di
dalam negerinya dan
memperoleh penghargaan dari pihak-pihak
pemerintah luar. Pada
mulanya ia mewarisi
keuangan negara dalam keadaan
kacau balau, tetapi
kemudian ia mewariskan keuangan
negara dalam keadaan yang
tertata rapi. Sepertiga
dari penghasilan tahunannya
(yang berjumlah 6.245.000 keping
emas) sudah cukup
untuk menutup anggaran
reguler; sepertiga lagi disiapkan
untuk cadangan; dan
sisanya untuk keperluan/biaya-biaya pembangunan. Keadaan
negeri menikmati kemakmuran
yang merata. Pertanian,industri, perdagangan, kebudayaan
dan ilmu pengetahuan berkembang secara
bersama-sama. Orang asing merasa takjub menyaksikan sistem irigasi yang
dikelola berdasarkan sistem yang ilmiah, yang memberikan kesuburan kepada
tanah-tanah yang sebelumnya tampak tidak
memberikan harapan sama
sekali. Ia tercengang
menyaksikan ketertiban yang sempurna, disebabkan oleh sistem
kepolisian yang selalu mawas diri, meluas sampai ke distrik-distrik yang jauh
terpencil. Perdagangan berkembang sampai
pada suatu taraf,
yang menurut laporan syahbandar urusan bea
cukai, bahwa penerimaan
bea import dan
eksport menempati peringkat terbesar di antara penghasilan
negara setiap tahunnya.
Angkatan laut
yang berkekuatan luar
biasa telah membuat
‘Abd al-Rahman III mampu berhadapan dengan Daulah Fathimiyyah dalam
menguasai Laut Tengah, dan membuat dia berhasil menguasai kota benteng Ceuta,
yang merupakan kunci wilayah Mauretania itu. Angkatan darat yang penuh disiplin
dan berjumlah besar, boleh jadi yang terbaik di seluruh dunia, membuat dia mampu menangkis serangan-serangan pihak Kristen
dari sebelah Utara.
Penguasa-penguasa yang paling
sombong pun bergairah
untuk bersekutu dengannya. Para duta besar dikirim oleh
Kaisar Bizantium dan oleh raja-raja dari Jerman, Italia dan Prancis untuk menghadapnya.
2.
Khalifah
Al-Hakam II
Warisan
‘Abd al-Rahman III adalah suatu negara yang aman, yang hampir tidak terancam
lagi. Maka Khalifah Al-Hakam
II, yang cinta
pada perdamaian, dapat
memerintah dalam suasana ketenteraman.
Dia sudah lama
disiapkan untuk mengganti
‘Abd al-Rahman III. Dia
dapat memilih pejabat-pejabat negara
yang pandai dan
pemimpin-pemimpin tentara yang dapat menjamin keamanan negara. Tetapi
hal itu sekaligus merupakan kelemahannya,karena ia terlalu
percaya kepada mereka,
sehingga sesudah kematiannya,
mereka sebenarnya mengambil alih
kekuasaan di al-Andalus.
Ia sendiri juga
selalu asyik dengan
ilmu pengetahuan, sehingga ia mendapatkan gelar Khalifah Cendekiawan.
Masa
pemerintahan Khalifah Al-Hakam II (961-976) menjadi suatu
zaman emas bagi kesusasteraan Arab
di Spanyol. Ia
sangat suka mengumpulkan
buku-buku dan perpustakaannya
menjadi yang paling besar untuk beberapa
abad di Eropa. Wakil-wakilnya sering kali mengunjungi toko-toko buku di
Cairo, Baghdad, Damaskus dan Aleksandria untuk membeli atau mengkopi buku-buku.
Dalam masa, di mana belum mungkin untuk mencetak buku, Al-Hakam
II telah berhasil mengumpulkan kira-kira
400.000 buku.
Cara lain untuk memajukan kehidupan intelektual dan kultural ialah mengundang para sarjana dan
cendekiawan untuk datang
ke istananya dengan
hasil karya mereka. Dia selalu memberi imbalan
lebih dari layak.
Selain itu ia
juga memperhatikan secara
khusus dunia pendidikan. Di Cordoba
saja, ia mendirikan tidak
kurang daripada 27
sekolah baru.
Semua tingkat pendidikan berkembang dengan baik di
bawah pimpinan pangeran yang demikian
cerah pikirannya. Jumlah
sekolah dasar banyak
dan kualitas baik. Universitas
Cordoba terus menerus ditingkatkan olehnya, sehingga Universitas Cordoba
menjadi pusat pendidikan terbaik di antara lembaga-lembaga pendidikan di dunia.
Ia mengungguli Universitas al-Azhar di Mesir maupun Nizamiyah di Baghdad dan
menarik para mahasiswa, baik Kristen
maupun Muslim, tidak saja
dari Spanyol tetapi
juga dari berbagai penjuru Eropa. Beberapa dosen
berasal dari pusat-pusat
kebudayaan lain di Timur Tengah, sehingga kwalitas tetap
terjamin. Singkatnya, selama
pemerintahan Al-Hakam II
kekuasaan Daulah Umayyah
dan kemakmuran al-Andalus masih pada puncaknya. Waktu Al-Hakam meninggal
pada tahun 976 belum ada tanda-tanda bahwa negaranya tiba-tiba akan merosot
sesudah tahun 1000.
D.
Keindahan Cordova
Istana
khalifah pada saat itu adalah istana paling mewah diseluruh Eropa. Di situ,
ada duta-duta diutus oleh kaisar Byzantium,ia juga duta dari
raja-raja Jerman, Italia, dan Prancis. Dalam
pemerintahan ‘Abd al-Rahman III Cordoba merupakan kota
yang paling besar di Eropa,
jauh mengungguli Paris,
kota terbesar di
Eropa Utara pada
waktu itu. Jumlah penduduk kira-kira
setengah juta. Jumlah mesjid
700 dan 300 tempat mandi umum, 213.077
rumah tempat tinggal
bagi keluarga biasa, 60.300
rumah mewah bagi
tokoh-tokoh masyarakat dan 80.455
toko. Ada macam-macam
industri dan kerajinan, sutera, tekstil
(jumlah tukang tenun
diperkirakan 13.000 orang), kulit, barang-barang gelas dan
tembaga, hiasan-hiasan mas dan perak yang diperdagangkan di mana-mana di
dunia sampai di
India.
Jalan-jalan
di Cordoba diperkuat dengan batu dan disinari oleh lampu-lampu rumah sepanjang
jalan di waktu malam. Di mana-mana di
kota adalah air yang mengalir. Hal-hal seperti
itu telah biasa di Cordoba. Berabad-abad sesudahnya di London hampir
belum ada sebuah lentera jalan pun dan di Paris
jika hujan jalan-jalan becek,
lumpur sampai ke mata kaki. Maka pada zaman itu Cordoba sudah merupakan
satu kota modern.
Istana
kerajaan, dengan empat ratus kamar ,serta barisan rumah yang menampug ribuan
budak dan pengawal, berdiri megah disebalah barat daya kota, tepat di salah satujalur Sierra Morena, berhadapan
dengan sungai Guadalquivir. ‘Abd al-Rahman III mulai membangun
istana itu pada tahaun 936 dengan menggunakan uang yang menggundiknya. Gagasan
awalnya adalah memanfaatkan dan
itu untuk menebus kaum muslim yang
ditawan oleh pihak Kristen. Karena tak
ada seorang tawanan pun yang bisa
ditemukan, maka saran gundiknya yang lain yaitu al-Zahra, ia mendirikan istana mewah
itu yang kemduian ia namainya
dengan nama gundiknya itu, istana
Al-Zahra. Untuk mempercantik istannya,
ia mendatangkan marmer dari
Nuamidia dan Kartago; pada tiang-tiang dan kolam-kolam
denan beberapa patung emas diimpor dsn diperoleh sebagai hadiah dari Konstinopel; 1000
pekerja, dan 1500 binatang pengangkut bekerja menyeleasaikan an bangunan itu
selam bertahun tahun.
Setelah
diperluas dan dihias oleh dua penerus
yaitu al-Nashir dan al-Zahra menjadi pusat kemegahn wilayah pinggiran kerajaan yang sisa – sisa peninggalnnya digali pada 1910 dan pasca 1910 masih bisa
dilihat.
Di
dalam istana al-Zahra, sang khalifah
melingkupi dirinya dengan satu pasukan pengawal, yang terdiri atas
orang Slavia yang berjumlah 3.750 orang. Khalifah juga mengepalai angkatan bersenjata
yang terdiri atas ratusan ribu personil. Pada mulanya nama Slavia ditetapkan
untuk budak-budak, tawanan, dan golongan lainnya dari suku-suku Slavia yang
ditangkap oleh pasukan Jerman, kemudian
dijual kepada orang Arab. Tetapi nama
ini kemudian dijual kepada orange Arab. Dan tetapi kemudian
disandingkan kepada semuaorang asing
belian: orang Franka, Galicia, Lombard
dan semacamnya. Mereka semua
biasanya dibeli ketika masih muda untuk kemudian diarabkan. Berkat bantuan kelompok “ janissary” atau
“mamluk”-nya Spanyol kahalifah tidak hanya
sukses menekan pmberontakan dan perampokan, tetapi juga mengurangi penagruh kelas
bangsawan Arab.
Di
masa-masa sebelumnya, Cordova tidak pernah mencapai kemakmuran sperti itu. Spanyol berkembang menjadi satu negri yang kaya raya dan jaya.
Semua kemajuan itu bisa dicapai berkat kejeniusan seseorang yang menurut
riwayat, wafat pada usia 73 tahun.
Sebelum wafat, menurut riwayat ia pernah berujuar bahwa ia hanya menikmatibahagiaan
selama empat belas hari.
REFERENSI :
Philip
K. Hitti : History
of The Arabs, 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar