Jumat, 02 Juni 2017

Makalah sejarah peradaban islam "Dinasti Umayah di Cordova



SEJARAH PERADABAN ISLAM
      KEKHALIFAHAN UMAYAH DI CORDOVA

Disusun guna memenuhi tugas Ulangan Akhir Semester
Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Dosen pengampu: Dr. H. Nasihul Umam, M.Ag



  

Oleh :
Nama        : Evi Yatul Liyana
Kelas         : Tafsir & Hadist C
NIM          : 1604026051

 FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2016/2017
KEKHALIFAHAN UMAYAH di CORDOVA







A.    Kekhalifahan Umayah di Cordova
Abdurrahman  I atau ‘Abd al-Rahman I, yang  juga disebut Ad-Dakhil   telah  menunjukkan  kekuatannya  mengatasi kesulitan dan ancaman-ancaman dalam kehidupannya.  Pada  tahun 750 Daulah Umayyah dengan pusat Damaskus  tumbang dengan kematian Mirwan  II  dan  terbentuk  Daulah  Abbasiyyah  dengan  pusat  Baghdad.  Pemimpin  wilayah Andalusia mengakui  kekuasaan Abbasiyyah  pada waktu  itu. Kebanyakan  anggota  keluarga Umayyah pada waktu  itu dibunuh, kecuali Abdurrahman,  cucu dari Khalifah Hisyam, yang Melalui  Mesir,  Barca  (Libya)  dia  sampai  di  Afrika  Utara  di  mana kehidupannya  diancam oleh  Ibn Habib. Akhirnya  dia  diterima  dengan  baik  oleh  suku-suku Berber,  karena  ibunya, Raha,  berasal  dari  sana  dan Abdurrahman  tinggal  bersama mereka kira-kira enam tahun.
Dalam tahun 755 Baddar menghubungi di Spanyol tokoh-tokoh Yemenites, yang pada waktu  itu bersaingan ketat dengan Mudarites untuk menguasai Spanyol. Waktu  tokoh-tokoh itu  mendengar,  bahwa  seorang  pangeran  (amir)  Daulah  Umayyah  masih  hidup  di  Afrika Utara, mereka mengundangnya  untuk menolong mereka  dalam  perang melawan Mudarites. Abdurrahman menyeberangi selat Jabal-Tharik dan memasuki kota Algeciras, Spanyol, dalam bulan  September  755.  Pada tahun 756 Abdurrahman  diangkat  sebagai Amir  di  suatu Musholla di Archidona, ibu kota distrik Malaga, tetapi pemimpin-pemimpin  lain di Spanyol.
Sesudah berakhirnya pemerintahan Abd al-Rahman I, persaingan ketat antara suku-suku Arab,  suku-Berber,  orang-orang  yang  baru  bertobat  menjadi Muslim, Mozarab  dan  orang Yahudi  muncul  lagi  sehingga  kesatuan  al-Andalus  diancam  dan  digoyangkan  dari  dalam sebelum pemerintahan‘Abd al-Rahman III. Ketika ‘Abd al-Rahman III menggantikan cucunya, Abdullah pada tahun 912 M,ia baru berusia 23 tahun. Abdullah  telah mengahsut salah seorang putranya agar membunuh  putranya yang lain, Muhammad,ayah ‘Abd al-Rahman, karena kesetiannya diragukan. Kemudian Abdullah berkerjasama untuk membunuh putranya yang lain sehingga ia dapat hidup tanpa anak. Pada saat ‘Abd al-Rahman III naiktahta, Negara muslim yang luas itu sebelumnya dipimpin oleh orang yang menyandang nama depan serupa degan namanya wilayahnya telah berkurang banyak, yang tersisa hanya kota Cordova dan sekitarnya.
Pada waktu itu al-Andalus juga diancam dari luar di Selatan oleh Daulah Fathimiyyah, yang menguasai Afrika Utara, Sicilia dan di Utara oleh  kerajaan-kerajaan  Kristen  terutama  Leon.  Dalam dua tahun pertama pemerintahannya ‘Abd al-Rahman III berhasil mengurangi  pengaruh  Ibn Hafsun  di  dalam  negeri,  dengan  menaklukkan  atau  beraliansi  dengan  pemimpin-pemimpin di kebanyakan propinsi.  Ibn Hafsun meninggal dunia pada  tahun 917 dan dengan demikian  seorang  musuh  besar  sudah  tiada.  Empat  anaknya  masih  mencoba  melawan ‘Abd al-Rahman III,  tetapi  dengan  penaklukkan  Istana  Bobastro  dalam  tahun  928  persatuan  al-Andalus  hampir  tidak  terancam  lagi  dan  sebagai  kota  terakhir  Toledo  juga menyerah  pada tahun  932.  Secara  itu  seluruh  negara  ditenteramkan  oleh  kekuasaan  seorang  penguasa dermawan.
Meski demikian,amir muda itu berhasil membuktikan diri sebagai pahlawan pada zamanya. Ia memiliki keteguhan hati, keberanian  dan kejujuran yang menjadi watak semua pemimpin di segala zaman. ‘Abd al-Rahman III merebut kembali provinsi-provinsi yang hilang, satu demi satu. Dengan kekuatannya yang khas,yang diperlihatkan selama periode kekuasaanya yang panjang, sekitar setengah abad (912-961 M), ia memperluas taklukannya  ke berbagai penjuru. Ekiya merupakan kota yang pertama kali menyerah pada akhir 912  serta kota Elvira juga menyerah.
Jaen tidak member perlawanan. Arkiodona  setuju membayar upeti. Seville  membuka gerbang-gerbangnya menjelang akhir 913. Regio dengan benteng pengunungannya telah melindungi sejumlah pemberani pengikut Ibn Hafshun, adapun pemimpin mereka yang mengagumkan  itu selalu menentang di Bobastro, dan yang tak terkalahakan hingga kematianya pada 917 M. dengan kematiannya musnahlah perseteruan tangguh yang selama 37 tahun member pengalaman sengit. Hanya kota Toledo yang tidak bisa ditundukkan oleh‘Abd al-Rahman III. Tetapi pada 923 M, bekas ibu kota itu kalah karena kelaparan dan serangan bertubi-tubi. Akhirnya, seluruh penduduk dikawasan itu berhasil merasakan ktentraman, dan Negara kembali bersatu di bawah pemerintahan seorang penguasaa absolut dermawan.
Di masa itu, musuh-musuh ekternal mengancam kekuasaan sang amir. Musuh yang paling berbahaya adalah Dinasti Fatimiyah di selatan, dan raja-raja Leon Kristen di utara. ’Ubaydullah al-Mahdi pendiri  Dinasti Fatimiyah di Tunisia pada 909 M, telah berunding menggaang sebuah persekutuan  dengan Ibn Hafsun dan mengirimkan beberapa orang mata-mata ke kawasan selat. Karena mengklaim sebgai keturunan fatimiyah, putrid Rasulullah sekaligus istri Ali. Para khalifah Fatimiyah tidak akan mengakui otoritas lain dalam Islam selain otoritas mereka sendiri. Ibn Masarrah (833-931), seorang warga Cordova seorang filusuf yang terpengaruh oleh filasfat Empedocle, dan yang mengenalkan ke pembaca barat pemikiran esotris, dengan ungkapan-ungkapan yang bermakna batin dan misterius  yang hanya bisa diapahami oelh penggunaanya, mungkin pernah ditugaskan untuk mendirikan  Partai Fatimiyah di Spanyol  lewat kelompok-kelompokmistik yang ia pimpin.
Menyadari posisi di Spanyol  tidak lagi aman karena banyaknya musuh di Afrika, ‘Abd al-Rahman III kedaukatannya diakui di Maroko pada awal 917 atau 918 berhasil mengusai  Ceutra  pada 931, dan akhirnya memperoleh pengakuan dari sebagaian besar penduduk Barbaria. Dengan Almeria sebagai pelabuhan utama, dia menyelut pertikaian dengan angakatan laut  luar fatimiyah  intik memperdrebutkan  supermasi dan kawasan Mediterinia  barat. Pada  tahun 956 sebuah armada Spanyol berkuatan tuhuh puluh kapal  mengahancurkan bagian-bagian pesisir Afrika dengan tujuan membalas dendam atas penyerbuan ke kawasan pesisir Spanyol oeleh armada Silsilia  yang berada  di bawah kendali khalifah fatimiyah.
Tatkala bebrbagai operasi melawan musuh-musuh  domestik dan asing  berjalan ‘Abd al-Rahman III ibunya adalah seoarang budak merupakan sekarang Kristen yang mana meskipun demikian ibunya  tidak telibat dalam perang suci melawan  kaum Kristen di utara sampai saat itu belum pernah ditaklukan.  Dikawasan itu, dataran Basques membentuk  di tengah, berbatasan dengan Pyreness. Disebelah timur ada beberapa kerajaan yang masih berupa embrio. Pada yakni Navarre dan Aragon. Di barat terbentang sejumlah  kaswan yang berekembang  menjadi  acastile dan Leon. Pada awal tahun 914, raja Leon  yang pemberani. Ordono II memanfaatkan situasi  runyam yang sedang dihadapi  kerajaaan muslim, dan memulai peperangan  dengan menghancurkan  kerajaan muslim, dan memulia  peprangan  dengan mengahcurkan  wilayah selatan. Tiga tahun kemudian ia berhasil  menangkap sesorang jenderal ‘Abd al-Rahman III dan memaku kepalanya berdampingan dengan seekor babi hutan, pada salah satu dinding benteng perbatasan San Esteban de Gormaz, yang diserbu oleh jenderlah muslim. Setelah beberapa kali serbuan dilakukam bertutut-turut kepada musuh dari utara ini. Tahun 920 ‘Abd al-Rahman III turun langsung ke medan pertempuran, meruntuhkan San Esteban  dan mengancurkan sejeumlah benteng lainnya ditanah sengeketa  antara Kristen dan Islam. Di Val de junqueras  ( lembah alang-alang). ‘Abd al-Rahman III berhadapan dengan pasukan gabungan Ordono II dan Sanco yang agung dari Navarre, dan berhasil mengalahkan keduanya  dengan telak. Setelah menyerbu  daerah-daerah  di Navarre, juga sejeumlah daerah kristendi sekitarnya. ‘Abd al-Rahman III pulang ke ibu kotanya sebagai  pemenang perang. Empat tahun kemudian, ia merangsek lebih jauh ke utara hingga mencapai  Pampeluna.



B.     Lembaga-lembaga Pemerintahan 
Secara  teoretis, Amir  atau Khalifah  sebenarnya  bertanggung  jawab  untuk  semua  hal. Secara  praktis,  ia  mengambil  tanggung  jawab  untuk  urusan  dalam  dan  luar  negeri  dan  ia mengambil  keputusan  tentang  hidup  atau  hukuman  mati.  Langsung  di  bawah  Khalifah terdapat hajib, seorang pengurus rumah tangga, yang sebenarnya berfungsi sebagai semacam perdana menteri. Lain dengan negara-negara Islam di Timur Tengah, baru di bawah hajib ada beberapa  wazir,  semacam  menteri  koordinator  dengan  sekretariat  masing-masing.
Pemerintahan  yang  mirip  dengan  itu,  tetapi  dalam  skala  lebih  kecil,  ditiru  dalam  setiap propinsi  (21  atau  lebih),  terkecuali dalam  tiga propinsi batas. Kepala  setiap propinsi  adalah seorang  gubernur  atau  wali.  Kelompok-kelompok  bukan  Islam  diberi  kedaulatan  terbatas. Dalam  setiap  propinsi  mereka  dibagi-bagi  dalam  beberapa  komunitas.  Setiap  komunitas mempunyai  seorang  kepala  yang  bertanggung  jawab  untuk  mengumpulkan  pajak. Mereka juga mempunyai  hakim-hakim  tersendiri. Karena  itu,  hak  setiap  kelompok  dijamin. Untuk menjaga  tata  tertib  dan  keamanan  negara, ‘Abd al-Rahman III mempunyai  tentara  yang  kuat. Tentara itu terdiri atas tiga golongan. Pertama, prajurit-prajurit upahan, semula adalah budak-budak  yang  berasal  dari  Prancis  dan  negara-negara  Slavi,  ditambah  dengan  orang-orang Berber dari Afrika Utara dan juga orang Negro. Kedua, cukup banyak warganegara dikenakannkewajiban dinas militer. Sebagian prajurit-prajurit itu diberi sesudah waktu dinas militer tanah pinjaman, dan  sebagian berasal dari warga-warga kota. Ketiga,  sukarelawan yang dipanggil untuk mengikuti jihad, terutama pada waktu , ‘Abd al-Rahman III merencanakan untuk berperandengan  kerajaan-kerajaan  Kristen.  Dapat  disimpulkan,  bahwa  seluruh  masyarakat  diatur dengan baik.

C.    Puncak Peradaban Keadaan Politik, Ekonomi, dan Pendidikan
 Pemerintahan ‘Abd al-Rahman III dan penerusnya, al-Hakam II (961-976), kemudian dilanjutkan oleh masa kediktoranya al-Hajib, al-Mansur (977-1002). Menandai puncak  kejayaan  muslim  di barat, sebelum dan sesudah peroiede ini, Spanyol muslim tidak pernah mampu menggenggam  pengaruh politik sedemikian rupa baik di Eropa  maupun Afrika.
Selama periode ini, ibukota Umayah  menjadi kota paling berbudaya  di Eroap  dan. Bersama Konstantinoel dan Baghdad, menjadi satu dari tiga pusat kebudayaan dunia. Dengan 130.000 toko buku, 21 kota pinggiran, 73 perpustakkaan dan sejumlah  besar toko buku,,  masjid dan istana, ibukota Umayah memperoleh popularitas  internasioanal serta membangkitkan pesona dan kekaguman di hati para pelancong.  Kota yang memiliki bermil-mil jalan rata yang disinari  lampu-lampu  dari rumah-rumah dipinggirnya.padahal tujuh abad setelah periode ini, kota London hanya memiliki   satu lampu umum.

1.      Keberhasilan ‘Abd al-Rahman III
Masa-masa kekuasaan ‘Abd al-Rahman III yang cukup panjang sarat dengan  beberapa prestasi , diantaranya  pembarauan  dan inovasi dalam bidang  administrasi, yang membujtikan kecakapan  dan kecerdikannya. Diantara bukti-bukti keberhasilannya  adalah pernyataan pada hari jumat, 16 januari 929, bahwa dalam setiap salat jamaah, dan dalam dokumen-dokumen resmi, nama raja yang berkuasa mesti disebut sebgai khalifah. ‘Abd al-Rahman III memilih sendiri gelarnya yaitu al-Khalifah al-Nashr li Din Allah ( khalifah penolong agama Allah). Karena ia telah membawa Spanyol musim ke kedudukam lebih tinggi daripa yang pernah  dinikmati sebelumnya, maka dialah yang paling cocok menyandang gelar amir almu’minun, terutama dimata kalangan bawah  yang tidak lagi mempercayai kekhalifahan timur. Sebagai pembela agama, Khalifah al-Nashir merasa bahwa  tugasnya  yang tinggi adalah mengobarkan perang suci melawan orang Kristen, yang tak henti-hentinya mmeprlihatkan rasa iri dan mengincar wilayah leluhur  mereka di selatan.
Garis besar hasil pemerintahan Khalifah‘Abd al-Rahman III. Masa pemerintahan ‘Abd al-Rahman III dilukiskan sebagai masa yang teramat gemilang di dalam  sejarah  Arab-Spanyol.  Di  antara  pangeran-pangeran  Umayyah  di  Spanyol, Abdurrahman  tanpa  tertandingi menempati posisi paling atas. Prestasi yang dicapainya begitu luar biasa. Ia mewarisi kerajaan dalam keadaan kacau balau dan perang saudara, terpecah  antara  kelompok-kelompok  dengan  para  pemuka  yang  berbeda  ras.  Ia dihadapkan kepada  serbuan-serbuan yang  terus menerus dari pihak Kristen di  sebelah Utara,  dan  nyaris  diganyang  oleh  kerajaan  Leon  dan Daulah  Fathimiyyah. Walaupun   12  menghadapi  rintangan-rintangan yang begitu besar, namun  ia berhasil menyelamatkan Andalusia baik dari dalam maupun dari luar. Ia  menciptakan  kemakmuran  dan  ketentraman  di  dalam  negerinya  dan  memperoleh penghargaan  dari  pihak-pihak  pemerintah  luar.  Pada  mulanya  ia  mewarisi  keuangan negara  dalam  keadaan  kacau  balau,  tetapi  kemudian  ia mewariskan  keuangan  negara dalam  keadaan  yang  tertata  rapi.  Sepertiga  dari  penghasilan  tahunannya  (yang berjumlah  6.245.000  keping  emas)  sudah  cukup  untuk  menutup  anggaran  reguler; sepertiga  lagi  disiapkan  untuk  cadangan;  dan  sisanya  untuk  keperluan/biaya-biaya pembangunan.  Keadaan  negeri  menikmati  kemakmuran  yang  merata.  Pertanian,industri, perdagangan, kebudayaan dan  ilmu pengetahuan berkembang secara bersama-sama. Orang asing merasa takjub menyaksikan sistem irigasi yang dikelola berdasarkan sistem yang ilmiah, yang memberikan kesuburan kepada tanah-tanah yang sebelumnya tampak tidak  memberikan  harapan  sama  sekali.  Ia  tercengang  menyaksikan  ketertiban  yang sempurna, disebabkan oleh sistem kepolisian yang selalu mawas diri, meluas sampai ke distrik-distrik yang jauh terpencil. Perdagangan  berkembang  sampai  pada  suatu  taraf,  yang menurut  laporan  syahbandar urusan  bea  cukai,  bahwa  penerimaan  bea  import  dan  eksport  menempati  peringkat terbesar di antara penghasilan negara setiap tahunnya.
Angkatan  laut  yang  berkekuatan  luar  biasa  telah  membuat  ‘Abd al-Rahman III mampu berhadapan dengan Daulah Fathimiyyah dalam menguasai Laut Tengah, dan membuat dia berhasil menguasai kota benteng Ceuta, yang merupakan kunci wilayah Mauretania itu. Angkatan darat yang penuh disiplin dan berjumlah besar, boleh jadi yang terbaik di seluruh  dunia, membuat  dia mampu menangkis  serangan-serangan  pihak Kristen  dari sebelah Utara.  Penguasa-penguasa  yang  paling  sombong  pun  bergairah  untuk  bersekutu  dengannya. Para duta besar dikirim oleh Kaisar Bizantium dan oleh raja-raja dari Jerman, Italia dan Prancis untuk menghadapnya.

2.      Khalifah Al-Hakam II
Warisan ‘Abd al-Rahman III adalah suatu negara yang aman, yang hampir tidak terancam lagi. Maka  Khalifah  Al-Hakam  II,  yang  cinta  pada  perdamaian,  dapat  memerintah  dalam suasana  ketenteraman.  Dia  sudah  lama  disiapkan  untuk  mengganti  ‘Abd al-Rahman III.  Dia dapat  memilih  pejabat-pejabat  negara  yang  pandai  dan  pemimpin-pemimpin  tentara  yang dapat menjamin keamanan negara. Tetapi hal itu sekaligus merupakan kelemahannya,karena ia  terlalu  percaya  kepada  mereka,  sehingga  sesudah  kematiannya,  mereka  sebenarnya mengambil  alih  kekuasaan  di  al-Andalus.  Ia  sendiri  juga  selalu  asyik  dengan  ilmu pengetahuan, sehingga ia mendapatkan gelar Khalifah Cendekiawan.
Masa pemerintahan Khalifah Al-Hakam  II  (961-976) menjadi  suatu  zaman  emas bagi kesusasteraan  Arab  di  Spanyol.  Ia  sangat  suka  mengumpulkan  buku-buku  dan perpustakaannya menjadi yang paling besar untuk beberapa  abad di Eropa. Wakil-wakilnya sering kali mengunjungi toko-toko buku di Cairo, Baghdad, Damaskus dan Aleksandria untuk membeli atau mengkopi buku-buku. Dalam masa, di mana belum mungkin untuk mencetak buku,  Al-Hakam  II  telah  berhasil mengumpulkan  kira-kira  400.000  buku. 
Cara  lain untuk memajukan kehidupan  intelektual dan kultural  ialah mengundang para sarjana  dan  cendekiawan  untuk  datang  ke  istananya  dengan  hasil  karya mereka. Dia  selalu memberi  imbalan  lebih  dari  layak.  Selain  itu  ia  juga  memperhatikan  secara  khusus  dunia pendidikan. Di  Cordoba  saja,  ia mendirikan  tidak  kurang  daripada  27  sekolah  baru.
Semua  tingkat pendidikan berkembang dengan baik di bawah pimpinan pangeran yang demikian  cerah  pikirannya.  Jumlah  sekolah  dasar  banyak  dan  kualitas  baik.  Universitas Cordoba terus menerus ditingkatkan olehnya, sehingga Universitas Cordoba menjadi pusat pendidikan terbaik di antara lembaga-lembaga pendidikan di dunia. Ia mengungguli Universitas al-Azhar di Mesir maupun Nizamiyah di Baghdad dan menarik para mahasiswa,  baik Kristen maupun Muslim,  tidak  saja  dari  Spanyol  tetapi  juga  dari  berbagai penjuru Eropa. Beberapa  dosen  berasal  dari  pusat-pusat  kebudayaan  lain  di Timur Tengah, sehingga kwalitas tetap terjamin.  Singkatnya,  selama  pemerintahan  Al-Hakam  II  kekuasaan  Daulah  Umayyah  dan kemakmuran al-Andalus masih pada puncaknya. Waktu Al-Hakam meninggal pada tahun 976 belum ada tanda-tanda bahwa negaranya tiba-tiba akan merosot sesudah tahun 1000. 

D.    Keindahan Cordova
Istana khalifah pada saat itu adalah istana paling mewah diseluruh Eropa. Di situ, ada  duta-duta diutus  oleh kaisar Byzantium,ia juga duta dari raja-raja Jerman, Italia, dan Prancis. Dalam  pemerintahan ‘Abd al-Rahman III Cordoba merupakan  kota  yang paling  besar  di Eropa,  jauh  mengungguli  Paris,  kota  terbesar  di  Eropa  Utara  pada  waktu  itu.  Jumlah penduduk  kira-kira  setengah  juta.  Jumlah mesjid  700 dan 300 tempat  mandi  umum, 213.077  rumah  tempat  tinggal  bagi  keluarga  biasa, 60.300  rumah  mewah  bagi  tokoh-tokoh masyarakat  dan  80.455  toko.  Ada macam-macam industri  dan  kerajinan, sutera,  tekstil  (jumlah  tukang  tenun  diperkirakan  13.000  orang), kulit, barang-barang gelas dan tembaga, hiasan-hiasan mas dan perak yang diperdagangkan di mana-mana  di  dunia  sampai  di  India. 
Jalan-jalan di Cordoba diperkuat dengan batu dan disinari oleh lampu-lampu rumah sepanjang jalan  di waktu malam. Di mana-mana di kota  adalah  air yang mengalir. Hal-hal  seperti  itu telah biasa di Cordoba. Berabad-abad sesudahnya di London hampir belum ada sebuah lentera jalan pun dan di Paris  jika hujan jalan-jalan becek,  lumpur sampai ke mata kaki. Maka pada zaman itu Cordoba sudah merupakan satu kota modern.
Istana kerajaan, dengan empat ratus kamar ,serta barisan rumah yang menampug ribuan budak  dan pengawal, berdiri  megah disebalah barat daya kota, tepat  di salah satujalur Sierra Morena, berhadapan dengan  sungai Guadalquivir.  ‘Abd al-Rahman III mulai membangun istana  itu pada tahaun 936  dengan menggunakan uang  yang menggundiknya.   Gagasan  awalnya adalah memanfaatkan  dan itu untuk menebus   kaum muslim yang ditawan  oleh pihak Kristen.  Karena tak  ada seorang  tawanan pun yang bisa ditemukan, maka saran gundiknya yang lain yaitu al-Zahra, ia mendirikan  istana mewah  itu yang kemduian  ia namainya dengan  nama gundiknya itu, istana Al-Zahra. Untuk mempercantik  istannya, ia mendatangkan  marmer dari Nuamidia  dan  Kartago; pada tiang-tiang dan kolam-kolam denan  beberapa patung  emas diimpor dsn diperoleh  sebagai hadiah dari Konstinopel; 1000 pekerja, dan 1500 binatang pengangkut bekerja menyeleasaikan an bangunan itu selam bertahun tahun.
            Setelah diperluas  dan dihias oleh dua penerus yaitu al-Nashir dan al-Zahra menjadi pusat kemegahn  wilayah pinggiran  kerajaan yang sisa – sisa peninggalnnya  digali pada 1910 dan pasca 1910 masih bisa dilihat.
            Di dalam istana al-Zahra, sang khalifah  melingkupi  dirinya dengan  satu pasukan pengawal, yang terdiri atas orang Slavia yang berjumlah 3.750 orang. Khalifah juga mengepalai angkatan bersenjata yang terdiri atas ratusan ribu personil. Pada mulanya nama Slavia  ditetapkan  untuk budak-budak, tawanan, dan golongan lainnya dari suku-suku Slavia yang ditangkap   oleh pasukan Jerman, kemudian dijual kepada orang  Arab. Tetapi nama ini kemudian  dijual kepada  orange Arab. Dan tetapi kemudian disandingkan  kepada semuaorang asing belian: orang Franka, Galicia, Lombard  dan semacamnya. Mereka  semua biasanya dibeli ketika masih muda untuk kemudian diarabkan.  Berkat bantuan kelompok “ janissary” atau “mamluk”-nya Spanyol kahalifah tidak hanya  sukses menekan  pmberontakan  dan perampokan, tetapi juga  mengurangi penagruh  kelas  bangsawan Arab.
            Di masa-masa  sebelumnya, Cordova  tidak pernah mencapai  kemakmuran sperti itu. Spanyol berkembang  menjadi satu negri yang kaya raya dan jaya. Semua kemajuan itu bisa dicapai berkat kejeniusan seseorang yang menurut riwayat, wafat pada usia  73 tahun. Sebelum wafat,  menurut riwayat ia  pernah berujuar bahwa ia hanya menikmatibahagiaan selama empat belas hari.



REFERENSI                          :
Philip K. Hitti                       : History of The Arabs, 2002.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar